SULTENG – Sepuluh relawan Tagana Provinsi Banten mulai mendistribusikan bantuan dan logistik makanan di beberapa titik daerah yang mengalami gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Bantuan logistik dan makanan tersebut, dikirim melalui jalur laut.
Ketua Koordinator Relawan Tagana Banten Abu Salim mengatakan, Dimulai jam 06.00 WITA, seluruh tim terbagi di dapur umum, pengelolaan serta pendistribusian paket logistik, dan registrasi penerima bantuan mulai bergerak.
“Kondisi saat ini ribuan penyintas atau masyarakat membludak menunggu logsitik yang akan didistribusikan. Tagana sigap dan siap melakukan semua kegiatan kedaruratan dalam pelayanan terhadap penyintas. Tim Logistik Banten saya, Acil Munasir, Baihaki Rahmat, Muhamad Arifin, Muhamad Pulung, meluncur ke Kabupaten Donggala Pantai Barat bersama Direktur PSKBA Kemensos RI Margowiyono, Kadinsos Provinsi Sulteng Bpk Ridwan Mumu melakukan dropping logistik bahan permakanan dan sandang,” ujarnya saat di komfirmasi melalui selulernya, Selasa (9/10/2018).
Ia melanjutkan, jarak tempuh dari Palu ke Lokasi yang di tuju sekitar 35 s/d 40 KM. Lalu akan dilanjutkan kembali menuju Desa Balaesang Tanjung Kabupaten. Sedangkan untuk ke Donggala melalui Laut, dikarenakan jalan darat menuju lokasi tidak dapat dilalui daerah pegunungan dan akses terputus.
“Jarak tempuh dari pelabuhan apung Mapaga ke lokasi (Balaesang Tanjung) kurang lebih 3 Jam. Menurut Bupati Donggala bahwa nanti medan yang ditempuh sangat extrim,” ucapnya.
Sedangkan di tim dapur umum, relawan Tagana Banten Edi Maria, Yudi Syahri, Fajar, dan Sugiatno bergabung dengan Gorontalo melakukan pengolahan permakanan untuk para penyintas. Kegiatan dimulai dari pagi jam 07.00 WITA sampai sore jam 21.00 WITA dengan kapasitas 1.000 bungkus per kali masak.
“Sementara tim relawan Tagana Banten pada Layanan Dukungan Psikososial Banten ada Amidin yang gabung dengan tagana Bangka Belitung dan Tim LDP dari Kementerian Sosial RI,” katanya.
Lanjutnya, tim dari Psikososial melakukan pemasangan tenda untuk kebutuhan Pelayanan bagi penyintas dan pemulihan traumatik serta Assisment terhadap penyintas.
“Pelayanan Psikososial ini memang diikuti oleh anak-anak, dewasa dan serta Lansia, lokasi LDP di Petobo, Panau Kecamatan Biromarau Sigi. Sedangkan tim dapur umum ditugaskan mengambil logistik di Pelabuhan Pantoloan Palu. Pada Pukul 21.00 WITA semua Tim kembali ke Posko untuk beristirahat dan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan,” bebernya.
Dari itu juga Abu menjelaskan, bahwa tantangan tim Tagana Banten selain dari kehati-hatian juga, menjaga kesehatan, namun lebih diutamakan pula adalah menjaga emosi dikarenakan langsung berhadapan dengan berbagai macam sifat dan karakter penyintas. serta Tagana secara individu dituntut untuk Survive bagi dirinya sendiri.
“Untuk Keadaan cuaca dilokasi sangat panas kira-kira 35 – 40 Derajat, Tim Tagana di sini juga tidak pernah ada waktu untuk beristirahat, karena tujuan kita datang kesini untuk membantu dan bersosial dengan para korban bencana alam. Alhamdulillah sampai dengan saat ini teman-teman relawan Tagana Banten masih tetap tersenyum dan semangat demi saudara-saudara kita yang menjadi korban gempa dan tsunami,” tuturnya.
Abu menyebutkan, pada pukul 01.00 WITA tim Tagana Banten sudah berkumpul di posko Induk setelah semua menyelesaikan tugas di masing-masing clusternya, setelah pendistribusian logistik selesai.
“Logistik yang kita distribusi diberikan kepada korban gempa yang daerahnya sangat terisolir sehingga tidak bisa di tempuh oleh kendaraan roda empat dan pendistribusian hanya bisa dilakukan melalui jalur laut, daerah terisolit tersebut yaitu di Balaesang Tanjung. Proses pendistribusian dilakukan oleh Tagana dimulai pagi sampai ke lokasi sekitar jam 18.00 WITA,” jelasnya.(Ildan)