Jakarta – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) membenarkan adanya kebocoran karena korupsi. Tapi tidak mencapai angka yang disebut Prabowo Subianto, yaitu sebesar 25 persen.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah meminta pemerintah menjawab dan menjelaskan semua tuduhan.
Fahri awalnya menyinggung pernyataan JK soal Light Rapid Tranportation (LRT). Menurutnya, ada potensi kebocoran anggaran pada pembangunan LRT Jabodetabek karena dinilai lebih mahal.
“Sekarang begini deh, Pak JK mengatakanLRT dia bilang kemahalan. Kenapa ini LRT di atas sementara di bawahnya kosong? Nanti ketika jalan tolnya mau kita perlebar nggak bisa karena di tengahnya ada tiang LRT,” ujar Fahri di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (8/2/2019).
“Saya juga berpikir mondar mandir, saya kan tinggal di Cibubur. Tiba-tiba kayak ada 3 lantai ke atas gitu, dibikin tinggi. Dan memakan beton lebih banyak,” imbuhnya.
Menurut Fahri, membangun kereta dengan LRT dinilai membutuhkan beton yang lebih banyak. Hal tersebut akan berdampak pada tambahan biaya yang berpotensi pada kebocoran.
“Kalau anda hamparkan aja di tanah, nggak seberapa makan betonnya. Mungkin tinggal 30 persen. Tapi karena dinaikin ke atas, betonnya tambah 60 persen. Akibatnya apa? Biaya kan? Itu bisa disebut bocor atau tidak? Bocor,” ungkapnya.
Ia lalu meminta pemerintah menjelaskan kepada rakyat. Menurutnya, pemerintah harus menjawab semua tuduhan dan tak boleh marah.
Sebelumnya, capres Prabowo Subianto menyebut kebocoran anggaran negara yang mencapai 25 persen. Wakil Presiden Jusuf Kalla membenarkan adanya kebocoran karena korupsi tapi tidak mencapai angka yang disebut Prabowo.
“Iya tentu (kebocoran anggaran), kalau tidak bocor ke bapak banyak aparat pemerintah yang tertangkap? Pasti (bocor). Tapi kesimpulannya tidak berlebihan,” terang JK
JK menyebut, kebocoran anggaran terjadi karena ada pejabat hingga kepala daerah yang melakukan korupsi. Tapi JK menegaskan lagi, persentasenya tak seperti yang disebut Prabowo.
“Tentu bocornya karena korupsi, ternyata banyak yang masuk KPK kan. Tapi tidak semua, jangan disama ratakan, ada bersih ada tidak, tidak semua. Tidak benar itu diratakan 25 persen,” tegasnya.(detik.com)