Globalonline – Tidak ada orang yang tak pernah mengalami sariawan. Saking jamaknya, sariawan kerap dianggap sebagai penyakit sepele yang dibiarkan saja tanpa diobati. Padahal sariawan yang bercokol lebih dari dua minggu harus diwaspadai.
Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia, Rahmi Amtha, mengatakan sariawan pada dasarnya sama seperti luka di kulit luar pada umumnya. Normalnya, kata dia, luka itu akan menutup dengan sendirinya dalam waktu dua minggu.
“Jika dalam waktu satu bulan tidak kunjung sembuh, pasien wajib melakukan konsultasi ke layanan kesehatan untuk melihat apa yang terjadi,” ujarnya.
Sebab, menurut Rahmi, bisa jadi sariawan tersebut merupakan gejala awal kanker mulut. Dia menjelaskan, ada beberapa gejala kanker mulut yang mesti diwaspadai, yaitu perubahan warna mukosa, sariawan yang tidak kunjung sembuh, pembengkakan kelenjar getah bening, rasa sakit menetap di tempat yang sama, benjolan tidak lazim, perdarahan tidak normal, dan berat badan yang turun tanpa sebab.
“Biasanya sariawan yang tidak kunjung sembuh yang kemudian dinyatakan positif kanker mulut oleh dokter sudah berada di stadium dua.”katanya.
Kanker mulut umumnya dijumpai pada orang-orang berusia di atas 40 tahun. Tapi, menurut Rahmi, dalam satu dekade belakangan, trennya berubah.
“Saya dan teman-teman melakukan riset di DKI Jakarta, dan menemukan 19,8 persen kasus kanker mulut terjadi pada usia 22 hingga 34 tahun,” ucapnya.
Selain itu, dia menemukan belum ada kasus kanker mulut dengan survival rate di atas lima tahun seperti kanker payudara di stadium yang sama.
“Artinya, prognosis kanker mulut lebih buruk,” tuturnya.
Padahal, kata dia, semakin cepat kanker terdeteksi, angka kesembuhan semakin tinggi.
“Kalau sudah tahu ada lesi pra-kanker di awal, sekitar 65 persen bisa kita cegah menjadi kanker mulut,” kata dia.
Sayangnya, banyak orang yang menganggap kehadiran lesi pra-kanker bukan masalah. Lesi pra-kanker yang ia maksudkan adalah berupa lesi putih dan lesi merah yang berada di dalam rongga mulut.
Sama seperti kanker pada umumnya, pengobatan kanker mulut juga harus dilakukan dengan serangkaian pengobatan, seperti kemoterapi, radioterapi, dan terapi target. Belum lagi jika kanker tersebut sudah sampai tahap lanjut yang menimbulkan banyak komplikasi. Selain harus menghadapi terapi yang sangat mahal dan lama, pasien akan dioperasi untuk menyingkirkan kanker tersebut.
Apabila kanker berada di lidah, berarti lidah harus dibuang atau dipotong. Jika kanker ditemukan di dalam pipi, dokter harus segera memindahkan dan merekonstruksi bagian rahang dan mulut.
“Kerap kali gejala kanker ini tidak disadari oleh penderita karena sariawan yang diidap tidak menimbulkan rasa sakit.”pungkasnya. (Tempo)