Jakarta – Fakta baru terungkap dari peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 di perairan Karawang, Jawa Barat pada Oktober 2018 lalu. Percakapan antara pilot dan kopilot yang direkam cockpit voice recorder (CVR) diketahui.
Dilansir, Rabu (20/3/2019), pilot Lion Air PK-LQP dan kopilot disebut sempat mengecek buku panduan dengan panik di tengah keduanya berusaha mengendalikan pesawat nahas itu. Tetapi, mereka kehabisan waktu sebelum pesawat Boeing 737 MAX-8 akhirnya jatuh ke laut.
Hal tersebut disampaikan oleh 3 orang sumber anonim yang mengetahui isi cockpit voice recorder (CVR) kepada Reuters. Ini adalah pertama kalinya isi CVR terungkap ke publik.
CVR Lion Air PK-LQP ditemukan pada Januari 2019 lalu. Sebelumnya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah menerbitkan laporan awal soal kecelakaan ini pada November 2018 berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR).
Dalam laporan KNKT pada November 2018, pilot memegang kontrol sementara kopilot bertanggungjawab atas radio. Setelah 2 menit terbang, kopilot melaporkan ada ‘flight control problem’ ke ATC dan pilot berniat menjaga ketinggian pada 5.000 kaki.
Dalam laporan KNKT, masalah yang dilaporkan kopilot itu tidak disebutkan spesifik. Tetapi, sumber pertama Reuters mengatakan ‘airspeed’ disebutkan di CVR sementara sumber kedua mengatakan ada masalah yang muncul di indicator display pilot, tapi tidak muncul di display kopilot.
Sumber pertama mengatakan pilot meminta kopilot mengecek buku pegangan referensi cepat yang berisi ceklis untuk peristiwa abnormal.
Dalam 9 menit berikutnya, sistem pesawat memberi tahu pilot bahwa pesawat dalam kondisi sttall dan mendorong hidung pesawat ke bawah sebagai responsnya. Pilot berusaha untuk menaikkan hidung pesawat tetapi komputer masih salah mendeteksi stall. Akibatnya, hidung pesawat terdorong ke bawah oleh sistem trim pesawat. Normalnya, trim berguna untuk menyesuaikan permukaan pesawat sehingga tetap terbang lurus.
“Mereka sepertinya tidak tahu bahwa trim bergerak ke bawah. Mereka mengira ini hanya tentang kecepatan udara dan ketinggian. Hanya itu yang mereka bahas,” kata sumber ketiga.
Pilot disebut tetap tenang sepanjang penerbangan. Hingga di penghujung penerbangan sebelum jatuh, pilot meminta kopilot untuk menerbangkan pesawat sementara dia mengecek buku panduan untuk mencari solusi.
Sekitar satu menit sebelum pesawat hilang dari radar, pilot meminta ATC untuk mem-clear-kan lalu lintas sekitarnya di bawah 3.000 kaki dan meminta ketinggian 5.000 kaki yang kemudian disetujui.
Sumber-sumber menuturkan, ketika pilot masih berusaha menemukan prosedur yang tepat dalam buku pegangan, kopilot tidak dapat mengendalikan pesawat Lion Air PK-LQP.
“Kondisinya seperti ujian, di mana ada 100 pertanyaan dan ketika waktu habis, anda haya bisa menjawab 75 pertanyaan. Kemudian Anda panik. Ini bagaikan kondisi time-out,” terang sumber ketiga.
Juru bicara Lion Air mengatakan semua data dan informasi telah diberikan kepada pihak yang meyelidiki serta menolak berkomentar lebih lanjut.(detik.com)