CILEGON-Hari Dongeng Nasional resmi dideklarasikan pada 28 November tahun 2015 oleh para pendongeng di Indonesia. Tanggal ini dipilih karena merupakan hari kelahiran Suyadi atau yang lebih dikenal dengan nama Pak Raden.
Sanggar Wuni Kreasi adalah komunitas berbasis masyarakat di Kota Cilegon. Untuk memperingati hari dongeng nasional tahun ini, Sanggar Wuni menggelar road show dongeng dari kampung ke kampung di Kota Cilegon.
“Kegiatan ini digelar selama satu bulan. Kita akan keliling di empat kampung, ” kata Ketua Sanggar Wuni Nurkholis kepada wartawan, Selasa (6/11).

Nur Cholis menuturkan, beberapa kampung yang akan menjadi tempat rodshow yaitu Kampung Penyurungan Kelurahan Randakari dilaksanakan pada 4 November 2018, Kampung Penauan Kelurahan Kubangsari yang dilaksanakan 11 November 2018, Kampung Kubang Welut Kelurahan Samangraya dilaksanakan 18 November 2018 dan terakhir Kampung Kubang Laban Kelurahan Panggung Rawi dilaksanakan pada 25 November 2018.
Kata Nur Cholis, tidak menggunakan bahasa Indonesia. Tapi menggunakan Bahasa Jawa Banten. “Hal ini sudah dilakukan pada 4 November 2018 lalu,”kata laki-laki asal Cigading, Kecamatan Ciwandan,Kota Cilegon ini.
Selain itu, dalam gelaran tersebut, juga dibantu oleh tiga pendongeng dari Sanggar Wuni Kreasi. Wardah sebagai pembawa acara dan ice breaking, Nur Cholis bersama boneka Wuki dan Aman menggunakan karakter kakaek-kakek menggunakan tongkat.
Aman Tajudin salah satu pendongeng mengaku, ini merupakan momentum tepat bagi dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sebelumnya, mahasiswa semester pertama UIN Sultan Maualana Hasandin Banten ini aktif berkegiatan teater di Cilegon.
“Kegiatan dongeng ini pertama kali saya coba. Meskipun tak jauh berbeda dengan teater, namun bawaannya harus lebih ceria karena audiensnya adalah anak-anak” katanya.
Dalam membawakan cerita menggunakan bahasa Jawa Beubasan, hal ini dilakukan sebagai kepeduliannya terhadap bahasa daerah yang kurang diminati di masyarakat khususnya anak-anak.
“Ini upaya kami dari Sanggar Wuni Kreasi untuk melestarikan bahasa Banten dengan mendongeng, meskipun terkadang agak sulit karena anak-anak sedikit yang paham. Semoga apa yang kami lakukan sedikitnya bisa membantu melestarikan Beubasan” ujarnya.
Sementara itu, Nur Cholis founder Sanggar Wuni Kreasi mengatakan, bulan November ini ada hari dongeng. Melihat ada potensi mendongeng dari pengurus Sanggar akhirnya dirinya mengajak mereka untuk melakukan road show dongeng.
“Potensinya ada dari pengurus, sayang kalo ndak dikembangin. Akhirnya kita buat dongeng keliling kampung” katanya.
Ia menambahkan, awalnya hanya akan mendongeng biasa, namun karena ada usulan menggunakan bahasa Banten sebagai kampanye Beubasan akhirnya kita dongeng menggunakan bahasa Banten.
“Kami mencoba berkontribusi dalam melestarikan Beubasan. Meskipun masih jauh dari sempurna, ya inilah upaya yang kami lakukan” tutupnya.(tala)