SERANG – Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka rata- rata lama sekolah warga Kabupaten Serang pada 2016 sebesar 6,98 tahun, meningkat menjadi 7,17 tahun pada 2017. Peningkatan sebesar 0,19 sebagai angka tertinggi di wilayah Provinsi Banten bersama-sama dengan Kota Tangerang Selatan.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Serang Asep Nugrahajaya, peningkatan angka rata-rata lama sekolah tidak lepas dari program prioritas yang dicanangkan oleh Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah. Yakni fokus pada peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) yang merupakan indeks komposit dari angka pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat.
“Angka rata-rata lama sekolah ini merupakan salah satu penyumbang IPM, dan meningkat sangat baik,” kata Asep dalam keterangan tertulis, Minggu (27/1/2019).
Asep menjelaskan, berbagai program digulirkan semasa kepemimpinan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah. Mulai dari beasiswa, pendidikan kesetaraan, insentif guru, perbaikan ruang kelas, hingga pengembangan sekolah satu atap (satap).
Ada 1.650 siswa SD dan 2.452 siswa SMP yang diberi beasiswa. Bukan hanya itu, ada 351 guru PAUD mendapat beasiswa dan 2.851 guru PAUD yang mendapatkan insentif.
“Beasiswa untuk menjamin semua warga bisa sekolah. Pesan Ibu Bupati, tidak boleh ada siswa putus sekolah,” ujarnya.
Guru di Kabupaten Serang pun dibanjiri insentif. Terbaru, untuk 1720 guru honorer non K2. Sebelumnya, ada insentif untuk 8.686 guru ngaji dan 1.165 guru TPQ dengan anggaran Rp 6,04 miliar, dan insentif untuk dua guru TKK dengan anggaran Rp 57,6 juta.
Kemudian, insentif untuk 152 pegawai honorer K2 nonguru total Rp 638,4 juta, insentif untuk 6.190 guru madrasah diniyah awaliyah total Rp 7,4 miliar, insentif untuk 5 guru bantu sekolah total Rp 84 juta, insentif untuk 691 guru SD K2 total Rp 5,8 miliar, dan insentif untuk 121 guru SMP K2 total Rp 1,01 miliar. “Pengembangan kompetensi guru juga terus dilakukan,” ucapnya.
Untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah, digulirkan program kesetaraan Paket A, B, dan C. Paket A sebanyak 360 siswa, Paket B 1.620 siswa, dan Paket C sebanyak 2.310 siswa. “Kemudian pengembangan dan dukungan untuk program SMP Satap, juga terus kami lakukan,” tuturnya.
Menurutnya, per tahun sudah dilaksanakan perbaikan 252 ruang kelas rusak dengan anggaran Rp 26,6 miliar. Perbaikan ruang kelas yang dilakukan tidak hanya fokus dari APBD, juga dari bantuan sosial perusahaan. “Perbaikan ruang kelas membutuhkan anggaran besar sehingga kami membutuhkan bantuan dari berbagai pihak,” ungkapnya.
Program pendidikan yang sudah dilaksanakan, katanya, telah menghasilkan peningkatan rata-rata lama sekolah sebesar 0,19 tahun dan sebagai angka tertinggi di Banten. “Padahal pada kurun tahun 2015 sampai 2016, peningkatan rata-rata lama sekolah hanya 0,01 tahun,” tutupnya.(anm)