SERANG – Pembangunan bendungan Karian, Desa Pasir Tanjung, Kabupaten Lebak telah mencapai pembangunan fisik mencapi 52 persen dari tahap perencanaan awal. Rencananya, pembangunan bendungan Karian akan dioperasikan pada akhir 2019 mendatang, setelah seluruh tahapan pembangunan selesai untuk menampung debid air hingga 314,7 juta meter kubik di dalamnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciunung dan Cidurian (BBWS C3), Tris Raditian mengatakan, kontruksi embangunan fisik bendungan Karian telah mencapai 52 persen. Dengan bagitu, lanjut Tris, pihaknya mengaku optimis pada akhir 2019 nanti, keberadaan bendungan karian itu sudah bisa mulai dioperasikan.
Menurut Tris, pembanguan bendung karian itu direncanakan untuk menampung debid air mencapai 314,7 juta meter kubik di dalamnya untuk keperluan seperti penyediaan pasokan air bawah tanah, mengairi areal persawahan masyarakat, termasuk sebagau pusat pembangkit listrik tenaga air di dalamnya.
“Sudah mencapai 52 persen lebih. Mudah-mudahal Desember 2019 nanti sudah bisa dioperasikan untuk memenuhi sejumlah kebutuhan lainnya,” kata Tris, usai tapat sosialisasi rencana tindak penanganan bencana yang ditimbulkan dari bendungan karian, di ruang Aula Bappeda Banten, Senin (27/8/2018).
Untuk itu, Tris berhatap kepada seluruh pihak untuk dapat menjaganya, demi kepentingan bersama, hal itu dikarenakan banyak yang manfaat yang dapat diperoleh dari bendungan terbesat ke tiga di Indonesia itu dalam memenuhi kebutuhan pasokan air dan listrik di Indonesia,khususnya Banten.
“Tidak hanya waduk karian, kita (BBWS C3,red) juga sedang mengerjakan bendungan Sindang Heula, Desa Pabuaran, kabupaten Serang. Rencananya, Bendungan Sindang heula ini diperuntukan untuk menampung sekitar 10 juta M3 air di dalamnya,” katanya.
Meski begitu, lanjut terus, sejumlah masalah dalam dalam pembangunan waduk karian ini jadi ga terjadi, seperti pada pengadaan batu-batuan untuk penguat tembok dan bangunan pada bendungan karian.
“Karena batu-batuan yang digunakan untuk keperluan pembangunan waduk karian ini sulit didapatkan dan tidak sembarang. Sehingga, kita terpaksa harus mencarinya dari daerah lain. Penawaran atau penggunaan batu-batuan yang tidak sesuai terpaksa kita reject,” tandasnya. (Dj)