JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kenaikan harga beras yang terjadi pada awal tahun ini. Pasalnya, fenomena tersebut bakal berdampak terhadap pergerakan inflasi nasional.
Sri Mulyani mengatakan, saat ini rata-rata harga beras telah mencapai Rp 15.175 per kilo gram (kg). Angka itu meningkat sekitar 7,7 persen sejak awal tahun ini.
“Kita juga waspada terhadap kenaikan harga beras bulanan,” Ujarnya.
Pergerakan harga beras itu disebut telah menjadi perhatian pemerintah. Sebab, kenaikan harga beras berpotensi mengerek laju inflasi dari komoditas pangan harga bergejolak.
“(Kenaikan harga beras) memberikan kontribusi terhadap inflasi volatile food di dalam headline inflasi kita,” ujarnya.
Selain beras, Sri Mulyani menyebutkan, sejumlah komoditas pangan lain menunjukkan tren kenaikan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Sejumlah komoditas pangan yang harganya tercatat melonjak di antaranya ialah bawang putih (1,9 persen), cabai merah (17 persen), daging ayam (2,2 persen), hingga telur ayam (3,9 persen).
“Tentu ini menjadi tantangan jelang Idul Fitri juga puasa, Ramadhan. Maka volatile food harus bisa segera distabilkan,” tuturnya.
Di tengah tren kenaikan harga komoditas pangan, Sri Mulyani mencatat, komponen inflasi lainnya masih terjaga. Tercatat komponen inflasi inti terjaga di kisaran 1,68 pesen dan komponen inflasi harga ditetapkan pemerintah sebesar 1,74 persen.
“hitung-hitungan” dampak kenaikan beras terhadap inflasi. Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menjelaskan, beras memiliki bobot sebesar 3,43 persen terhadap inflasi. Dengan adanya kenaikan harga, beras berkontribusi 0,64 persen terhadap inflasi secara bulanan (month to month/mtm) pada Januari lalu. “Sehingga kenapa salah satu penyebabnya inflasi volatile food kita 7,22 persen,” kata Aida, dalam konferensi pers hasil RDG BI, di Jakarta, Rabu (21/2/2024). (Kompas/net)