Cawapres Ma’ruf Amin yang bertalarbelakang ulama mengaku awalnya tidak ingin maju ke Pilpres 2019. Ma’ruf mengibaratkan posisinya kini ibarat sopir taksi yang sedang mengejar setoran karena jarang berada di rumah.
“Saya ini ditanya orang ‘Pak Kiai sudah menjadi Rais Aam PBNU, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, kok masih mau?’ Sebenarnya saya tidak mau, enak jadi Rais Aam, ketum MUI. Tenang, tidak lari sono, lari sini. Sekarang jadi cawapres, sekarang jadi jarum super, jarang di rumah sukanya muter-muter. Kayak sopir taksi ngejar setoran” ujar Ma’ruf dalam peringatan Isra Mikraj di Wisma Kinasih, Jl Salabintana, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (3/4/2019).
Ma’ruf memberikan contoh sudah melakukan sederet agenda kampanye yang padat. Meski jadwal kampanyenya padat, Ma’ruf mengaku siap.
“Kemarin terbang dari Lombok ke Halim, nggak pulang ke rumah, langsung ke Sukabumi, nanti pulang besok langsung ke Garut. Tapi karena para ulama minta, saya bersedia untuk membangun bangsa supaya jadi lebih baik, dan supaya bangsa ini menjadi mikraj, menjadi Indonesia maju,” kata Ma’ruf.
Selain dukungan para ulama, Ma’ruf bersedia menjadi cawapres karena capres petahana Jokowi mencintai ulama. Dengan demikian Ma’ruf menegaskan bahwa Jokowi bukalanlah anti-ulama.
“Yang kedua, Pak Jokowi menghargai ulama. Bisa milih TNI, Polri, politisi, pengusaha, profesional. Tapi beliau tidak memilih mereka, tapi memilih saya yang ulama. Berarti beliau cinta ulama. Katanya Pak Jokowi anti-ulama. Lha wakil presidennya saja ulama. Kok ente nggak paham-paham. Kapan pahamnya ente?” ujar Ma’ruf. (Detik/Red)