SERANG – Lahan pertanian di Kabupaten Serang terus menyusut setiap tahunnya. Terhitung, dari 2011 sampai 2018, mencapai 1.600 haktare lahan yang berahli fungsi menjadi kawasan industri ataupun perumahan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Dinas Pertanian Kabupaten Serang, Zaldi Dhuhana membenarkan hal tersebut. Kata dia, Distan mencatat pada 2011, lahan pertanian ada 49.600 hektare. Kini hanya tersisa 48.000 hektare saja.
“Terbaru, 240 hektare digunakan untuk pembangunan jalan tol Serang-Panimbang. Sehingga sawah di Kecamatan Kragilan, Kecamatan Cikeusal, dan Kecamatan Tunjung Teja lahannya harus berkurang,” papar Zaldi.
Zaldi memprediksi, jumlahnya akan terus bertambah. Di mana saat tol Serang-Panimbang selesai, maka pertumbuhan perekonomian akan menjamur. Perumahan, retail, minimarket, pembangunan bom bensin dan lain-lain, pastinya membuat lahan sawah kembali berahli fungsi.
“Akan semakin menyusut sawah kita. Padahal, di 2019, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang menargetkan capaian 552.000 ton gabang kering giling. Di 2018, mencapai 520.000 gabah kering giling,” ucapnya.
Selain itu, yang terparah, pihak pembangun jalan tol tidak mengantisipasi adanya penahanan saluran air sawah. “Lihat saja, setiap jalan tol di Indonesia yang menghalangi sawah pasti kerap banjir. Karena air lewat dipotong oleh tol sehingga air jadi menggenang,” tuturnya.
“Biasanya, tidak masuk dalam kajian pembangunan jalan tol. Nanti bila sudah ada dampak, baru dicari solusi. Bila demikian, pertanian Kabupaten Serang dalam kondisi mengkhawatirkan,” jelasnya.
Zaldi pun berharap, Peraturan Daerah (Perda) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) bisa secepatnya disahkan. Supaya, Distan bisa mengunci lahan pertanian sehingga tidak ada lagi lahan yang berahli fungsi ke depannya.(anm)