SERANG – Adanya warga Kabupaten Serang yang terkena penyakit kencing tikus dari 2018 sampai sekarang, membuat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) turun tangan. Mereka menerjunkan lima ahli untuk melakukan penelitian di Desa Pejaten, Kramatwatu selama empat hari penuh.
Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang, Padri membenarkan hal tersebut. Kata dia, di 2018 ada dua orang yang terjangkit dan di 2019 dua pasien lagi terkena Leptospirosis atau lebih dikenal dengan virus kencing tikus.
“Karena yang satu berasal dari Kecamatan Kramatwatu dan sudah ada pengaduan dari Puskesmas setempat, makanya penelitiannya berlangsung di sini. Kalau yang satu lagi di Jawilan, hasil labnya belum keluar,” papar Padri.
Ia menuturkan, tim ahli yang didatangkan ada lima orang yang terdiri dari dokter hewan, dokter bedah, laboratorium yang dibantu Puskemas setempat dan juga perangkat desa.
Metode penelitian yang dilakukan, dari rumah korban yang terletak di desa Pejaten, tim ahli menyisir per 100 rumah. Di mana mereka memasang perangkat 100 buah dari Senin (17/2/2019) dan hari ini mendapatkan 15 tikus untuk jadi bahan.
“Sedang dibedah tikusnya dan diambil sempel urinenya untuk penelitian lebih lanjut penyebab munculnya virus tersebut. Tapi, hasilnya tidak bisa keluar sekarang, harus menunggu dari pusat. Terpenting, kita lakukan antisipasi agar tidak ada masyarakat lagi yang terjangkit,” tambahnya.
Apalagi, virus kencing tikus bisa menyebar saat masyarakat sedang membersihkan aliran parit, karena di sana banyak dihuni oleh tikus. “Kan warga Kramatwatu yang terkena kencing tikus awalnya sering membersihkan got. Ditambah karena tidak memakai Alat Perlindungan Diri (APD) dan bila ada luka, penularannya sangat cepat,” tuturnya.
Padri menjelaskan, ciri-ciri orang yang terkena, pertama panas tinggi sampai mengigil selama enam minggu, badan pegal linu sampai persendian, lama-lama pucat, mata terlihat kuning seperti hepatitis. “Mirip-mirip dengan typus lah gejalanya,” jelasnya.
Oleh karenanya, dirinya mengimbau jaga kebersihan lingkungan, rumah harus bersih, galakkan kembali Jumat Bersih (Jumsi) karena kencing tikus merupakan dampak lingkungan.
Sementara salah satu aparat pemerintahan Kecamatan Kramatwatu Mamak Abror siap membantu tim Kemenkes untuk melakukan penelitian di wilayah mereka.(anm)