SERANG – Pelaksanaan kompetisi Liga 3 Indonesia Zona Banten sudah resmi berakhir pada 27 Agustus 2018, dengan Persikota keluar sebagai pemenang. Meski sudah selesai, ternyata meninggalkan pilu bagi para punggawa Banten Jaya FC.
Klub yang finish diurutan ketiga tersebut, belum membayar gaji seluruh para punggawanya kurang lebih 1,5 bulan. Tak hanya itu, janji bonus lolos babak empat besar hanya jadi janji belaka.
Salah seorang pemain Banten Jaya FC yang enggan namanya disebut membenarkan hal tersebut. “Bonus hanya sekedarnya tidak seperti janji awal. Begitu pun dengan gaji kami 1,5 bulan yang ditunggak. Padahal sudah ada di dalam kontrak sampai 27 Agustus kemarin,” keluh sang pemain.
Padahal, diakuinya, Banten Jaya FC adalah tim sepakbola inisiasi pemerintah daerah meski saat soft launching 3 Agustus lalu diklaim sudah memiliki manajemen tersendiri di bawah komando Wakil Ketua DPRD Banten, Nuraeni.
“Seharusnya saat membuat klub sudah siap dunk dengan semuanya. Terutama finansial,” ucapnya.
Akibat hal tersebut, penampilan Pendekar Hitam di babak empat besar kurang mengigit. Takluk atas Persikota 0-2, dibungkam Persitangsel 1-4, dan seri 1-1 dengam Serang Jaya. Tim pun tak mampu jadi wakil Banten di regional nasional, karena hanya mampu menduduki peringkat ketiga dengan raihan satu poin.
Penunggakan gaji juga dialami sang Pelatih, M Nasuha. Mantan punggawa Timnas Indonesia 2010 itu menyampaikan, gaji belum dibayar satu bulan.
“Realisasi janji manajemen sampai saat ini memang belum ditepati. Padahal, sebelumnya tidak seperti ini. Entah kenapa, atau karena kami kalah?” ungkap Nasuha.
Menanggapi hal tersebut, Pengawas Banten Jaya FC, Agus Setiawan membantah bila timnya adalah klub bentukan Pemprov Banten. Pasalnya, sudah dikelola secara swasta.
Ia menjelaskan, memang cikal bakal berdirinya Banten Jaya FC dari Pemprov Banten. Di mana saat menggelar Piala Gubernur pada November 2017 lalu, untuk mencari kerangka tim.
Dari sana didapat 60 pemain yang kemudian diciutkan jadi 25 punggawa saja.
Nah, para pemain yang terpilih mendapatkan pembinaan dari Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Banten selama enam bula, terhitung Januari-Juni 2018. Semacam Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP).
“Anggaran sekitar Rp 700 juta pun dikucurkan pemerintah daerah. Peruntukannya, guna membayar uang saku, makan, gaji pelatih, gaji asisten pelatih, gaji tukang pijat, dan ofisial serta membayar hotel di PKPRI karena latihan dua kali dalam sepekan di Kota Serang,” bebernya.
Namun selepas Juni, diakui pria bertubuh gempal itu, sudah tidak di tangan Dispora Banten lagi. Sudah mandiri dan ada manajemen khusus yang diketuai Nuraeni.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi SDM Olahraga di Dispora Banten, meminta para pemain sedikit bersabar. “Untuk uang pertandingan kan sudah kita kasih usai pertandingan terakhir Senin (27/8/2018). Bila gaji, ya menunggu karena hitungannya belum akhir Agustus. Insya Allah pada September segera dilunasi,” janjinya.(anm)