SERANG – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Kabupaten Serang dibawah kepemimpinan kepala dinas Dr H. Tahyudin M.Pd dan Sekretaris H. Sarjudin S.Pd, M.Pd terus berupaya meningkatkan minat baca dikalangan masyarakat. Hal itu dilakukan dengan terus berupaya mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kepala DPKD Kabupaten Serang Tahyudin mengatakan, saat ini diakuinya minat baca masyarakat memang masih rendah terutama pada tataran anak SD. Hal ini bukan hanya terjadi di Kabupaten Serang namun juga di level nasional. Oleh karena itu perlu berbagai inovasi agar bisa menarik masyarakat untuk mau membaca dan meningkatkan kunjungan ke perpustakaan.
Ia mengatakan, pada tahun 2020 ini, ada beberapa program kerja yang sudah disiapkan dari masing-masing bidang untuk mendongkrak minat baca tersebut. Diantaranya pembinaan perpustakaan desa. Dimana di Kabupaten Serang terdapat 144 desa yang sudah memiliki perpustakaan dan selalu mendapat bantuan setiap tahunnya. Akan tetapi dari jumlah tersebut, ketika dilakukan pembinaan hanya 60 yang sudah berjalan walaupun masih tertatih. “Bantuan itu kaya rak buku terus bukunya,” ujarnya.
Ia mengatakan, dari perpustakaan desa tersebut ada beberapa yang sudah baik kondisinya. Diantaranya perpustakaan desa di Kecamatan Kibin, Anyer dan Ciomas. Namun secara umum di tiap kecamatan ada perpustakaan yang kondisinya eksis. Dirinya berharap perpustakaan itu bisa menjadi tempat rekreasi edukatif bagi masyarakat.
Tahyudin menuturkan, saat ini DPKD sedang gencar melakukan pembinaan terhadap perpustakaan desa. Pada tanggal 31 Maret mendatang, akan dilaksanakan lomba perpustakaan desa tingkat Provinsi Banten oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan maksimal. “Karena Perpustakaan kita belum ada yang bisa diunggulkan,” ucapnya.
Selanjutnya agar perpustakaan selalu eksis, perlu SDM yang memadai. Salah satunya DPKD juga melakukan pembinaan tenaga perpustakaan yang telah dilakukan beberapa waktu lalu di Hotel Le Semar Kota Serang. Pembinaan dilakukan terhadap 76 tenaga perpustakaan desa dan 24 tenaga perpustakaan sekolah. “Kalau sekolah ada pembinanya di dindikbud, cuma kalau urusan perpustakaan kami yang bina. Terutama di level SD belum eksis, anak anak masuk ke perpustakaan juga sebentar paling pas istirahat,” tuturnya.
Kemudian setelah dilakukan pembinaan juga dilakukan peningkatan kapasitas tenaga pengelola perpustakaan. Pada tenaga pengelola perpustakaan tersebut tindak lanjutnya akan dilakukan melalui perlombaan. Mereka yang dibina tersebut apakah bisa mengembangkan perpustakaan di sekolah dan desanya atau tidak. Mereka yang terbaik akan mendapat reward dari Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah. “Lomba ini supaya pengelola perpustakaan ada motivasi. Sehingga perpustakaan bisa dirasakan masyarakat. Sekarang perpustakaan kurang laku karena banyak baca di online,” tuturnya.
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan minat baca, DPKD juga akan melakukan program inklusi Perpustakaan. Arti dari inklusi adalah membaca, memaknai, memahami dan melakukan. Semisal masyarakat membaca buku cara merajut benang, dia harus bisa sampai mengaplikasikan membuat jadi pakaian atau jaket. Sehingga hasilnya bisa dijual dan meningkatkan ekonomi masyarakat “Perpustakaan tidak hanya baca tapi untuk diterapkan itulah namanya inklusi. Kita coba tahun ini,” katanya.
Selanjutnya DPKD juga memiliki program pemasyarakatan minat baca yakni dengan upaya mendekatkan perpustakaan kepada para pemustaka atau calon pemustaka. Salah satu upayanya yakni dengan menyewa bangunan di Kecamatan Ciruas untuk perpustakaan. “Kalau kesini wilayah kota agak jauh, anak anak enggak mungkin kesini karena harus diantar orang tuanya, sementara orang tuanya kerja, makanya coba didekatkan. Terus juga bina perpustakaan sekolah supaya dekat,” tuturnya.
Tahyudin menuturkan, saat ini pihaknya juga sudah mengajukan ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di Jakarta juga untuk membangun gedung perpustakaan yang representatif di Kabupaten Serang. Pihak perpusnas sudah memberikan lampu hijau terkait rencana tersebut. Hanya saja mereka meminta agar DPKD menyiapkan lahannya sementara anggaran dari APBN. “Lahannya di Pabuaran sebelum Untirta, itu strategis karena dekat kampus dan bendungan Sindang heula. Kita sudah membicarakan tanah dengan BPN supaya betul betul jadi milik Pemda tanahnya. Ada dua hektar disana,” ucapnya.
Kebutuhan anggaran untuk membangun perpustakaan tersebut yakni Rp 10 miliar. Saat ini Detail Engineering Desain (DED) perpustakaan tersebut sedang dibuat oleh DPKPTB. “Karena untuk mengajukan proposal harus dilampirkan DED. Kita sih berharap gedung dan isinya tapi belum semua lengkap, karena saya mau ada ada ruang audiovisual, ruang baca anak, dewasa, disabilitas, kan beda sajiannya anak level SD, SMP, SMA, mahasiswa. Disabilitas juga harus dihargai dan diberi pembelajaran. Perlunya ada ruang audiovisual karena yang namanya belajar kalau baca saja pemahamannya baru 30 persen, terus dilihat nambah 30 persen, terus didiskusikan nambah 20 persen, kalau di praktekan jadi 100 persen,” ucapnya.
Selanjutnya, dalam upaya meningkatkan minat baca,
DPKD juga memiliki program lomba karya tulis lokal conten. Ada juga lomba bercerita tingkat SD, MI, SMP, MTs.
Tahyudin mengatakan, selain fokus pada perpustakaan dan minat baca, DPKD juga memiliki tugas untuk memberikan penyadaran tentang pentingnya arsip. Untuk itu DPKD memiliki progam pengelolaan dan pembinaan kearsipan. Sebab bagaimanapun arsip harus ditata sehingga ada yang harus disimpan dan juga dimusnahkan. “Disimpan itu ada batas waktunya, tergantung kepentingan. Terus arsip harus dipelihara karena kalau tidak dimakan rayap. Tiap tahun ada fumigasi ke arsipan dua kali setahun itu. Untuk yang dimusnahkan harus ada izin dari bupati dan juga ANRI. Jenis arsipnya ditulis kalau setuju baru dimusnahkan. Kalau enggak ada izin jangan dimusnahkan, itu ada berita acaranya. Jadi enggak sembarangan karena itu barang milik negara,” tuturnya.
Selanjutnya DPKD juga memiliki program lomba sadar arsip. Lomba itu akan diikuti oleh OPD dan kecamatan. Sebab saat ini kesadaran masyarakat terhadap arsip masih kurang. Sehingga arsip baru dikatakan penting jika diperlukan.
Kemudian DPKD juga saat ini sedang melakukan penelusuran arsip sejarah. Salah satunya yang sudah hampir selesai yakni arsip sejarah pembangunan bendung Pamarayan. Untuk mengumpulkan arsip berbahasa Belanda tersebut diperlukan waktu sekitar 1 bulan. Arsip itu didapat dari perpusnas dan ANRI.
Kedepan, pihaknya juga masih akan terus menelusuri arsip sejarah lainnya di Kabupaten Serang. Seperti sejarah titik nol dan menara mercusuar di Kecamatan Anyer. “Itu belum tahu sejarahnya. Itu harus dicari ke ANRI kalau enggak ada harus ke Leiden (Belanda) karena mereka yang bangun,” ucapnya.
Program selanjutnya, DPKD sedang menyiapkan digitalisasi arsip. Dengan sistem digital, arsip bisa diakses melalui android. “Jadi arsip ada yang bentuk hardcopy ada juga softcopy,” ujarnya. (Adv)