SERANG – Pada pelaksanaan babak Prakualifikasi Pekan Olahraga Nasional (Pra PON) cabang olahraga (cabor) gulat yang akan berlangsung di DKI Jakarta pada 1-5 November, Banten dipastikan siap berjibaku. Sebanyak 15 pegulat terbaik akan dikirim ke sana.
Dari data yang didapat, 15 pegulat ini terdiri dari lima orang yang tergabung di Pelatda Jangka Panjang (PJP) dan lima pegulat non PJP yang ditanggung oleh KONI Banten. Lalu ada tambahan lima dari biaya swadaya Pengurus Provinsi Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (Pengprov PGSI) Banten.
Untuk pegulat PJP yakni Fauzul Adzim (kelas 60 kilogram gaya grego putra), Aji Hakiki (kelas 65 kilogram gaya bebas putra), Desi Sinta (kelas 68 kilogram gaya bebas putri), Erni Rubianti (kelas 76 kilogram gaya bebas bebas putri), dan Rizki Aditia Dermawan (kelas 86 kilogram gaya bebas putra).
Sedangkan lima pegulat non PJP ada Ervin (kelas 57 kilogram gaya bebas putra), Misdia Fitri (kelas 57 kilogram gaya bebas putri), Amrin Dulman (kelas 74 kilogram gaya bebas putra), Riza (kelas 77 kilogram gaya grego romawi putra), dan Samtomo (kelas 97 kilogram gaya bebas putra).
Lalu lima pegulat dari Pengprov PGSI diantaranya ada Farah Fitria (kelas 53 kilogram gaya bebas putri), Roenaldo Silaban (kelas 67 kilogram gaya grego putra), Ivan (kelas 97 kilogram gaya grego romawi putra), dan Agung Mulyana (kelas 125 kilogram gaya bebas putra).
Ketua Umum Pengprov PGSI Banten, Haryanto mengatakan, di Pra PON nanti mencanangkan target untuk meloloskan sebanyak-banyaknya pegulat ke Papua tahun depan. “Dan tentu saja dengan predikat peringkat tiga besar sesuai ketentuan dari KONI Banten,” papar Haryanto kepada awak media, Kamis (31/10/2019).
Hanya saja, ia berpesan kusus untuk pegulat PJP lima orang, wajib menyegel kuota. Soalnya, mereka adalah andalan Banten.
Ditanya soal lawan tangguh, pria yang juga berprofesi sebagai guru olahraga ini melihat Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan bisa jadi batu sandungan.
“Jawa Timur sudah menjadikan gulat sebagai komoditi olahraga baru di sana. Kalimantan Timur tidak usah diragukan lagi kiblatnya olahraga gulat. Bila Kalimantan Selatan, dilatih oleh pelatih asal Eropa Timur yang notebene mataharinya gulat,” bebernya.
Sementara pegulat Banten, Desi Shinta mengaku merasa terbebani dengan capaian wajib lolos ke Bumi Cenderawasih (julukan Papua), meski dia merupakan peraih emas di PON XIX Jawa Barat pada 2016 lalu.
“Ya pasti ada rasa khawatir dan beban mas. Tapi saya akan berusaha untuk enjoy agar mampu memberikan hasil terbaik bagi Banten,” tekadnya.(muh)