CILEGON – Banjir bandang yang terjadi di Cilegon, Banten, pada Senin (4/5/2020) menyebabkan kerugian dan kerusakan. Warga di Tegal Wangi Kruwuk, Rawa Arum, Cilegon, bahkan merugi hingga ratusan juta rupiah.
Banjir merusak rumah hingga perabotan warga. Sisa-sisa lumpur masih harus disingkirkan meski banjir tak lagi ada. Harta benda warga hilang dan rusak.
“Kami hanya bisa pasrah. Bukan di rumah saya saja yang kayak begini, tapi mayoritas rumah warga lain mengalami hal serupa, bahkan ada yang lebih parah,” kata warga setempat, Wahyu, di Cilegon, kemarin.
Barang-barang warga, seperti sepeda motor dan peralatan rumah tangga, rusak dan tak bisa diselamatkan. Kini warga kesusahan untuk urusan MCK (mandi, cuci, kakus) karena kondisi rumahnya berantakan dihantam banjir.
“Mau mandi susah, karena mesin pompa air rusak, kulkas rusak, dan perabotan rumah tangga pun hanyut,” ujarnya.
Ketua RT 03/07, Kelurahan Rawa Arum, Nasehudin, menuturkan, banjir ini merupakan banjir terbesar yang dialami warga Kampung Tegal Wangi Kruwuk. Ketinggian banjir sempat mencapai hampir dua meter atau setinggi leher orang dewasa.
“Tidak ada korban jiwa, tapi kerugian berupa materi sangat luar biasa,” terangnya.
Beserta tim warga, ia telah memverifikasi data bahwa ada sekitar 70 rumah warga yang terdampak banjir dengan estimasi total kerugian Rp 505 juta. Hingga kini, tambahnya, banyak warga yang mengeluhkan kerusakan barang yang terhitung sangat besar. Namun, belum ada pihak yang berkenan memberikan ganti rugi.
“Selain kebutuhan logistik, warga juga membutuhkan uang untuk memperbaiki barang-barang yang rusak dan kini terdata telah mencapai ratusan juta rupiah,” bebernya.
Menyikapi hal tersebut, lanjut Naseh, sebagian warga telah berupaya meminta pertanggungjawaban kepada salah satu pabrik yang selama ini dianggap menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir rutin di permukiman warga itu.
“Sudah kami ajukan, tapi belum mendapat respons. Kami harap pihak terkait dapat memberikan solusi, termasuk pemerintah setempat,” tutupnya.(net)